SEMARANG, KOMPAS.com — Pola pendidikan formal yang
selama ini mengedepankan pengajaran dengan prestasi sebagai ukuran patut
dikaji ulang. Pengajaran itu menghasilkan anak-anak pintar, tetapi
tidak terdidik dan lemah budi pekerti. Akibatnya, bisa seperti saat ini,
meski berpendidikan tinggi dan mengaku beragama, sejumlah pemimpin
berbuat sangat memalukan dan menimbulkan ketidaktenteraman di tengah
masyarakat.
Keprihatinan ini disampaikan budayawan dan pengasuh
Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin Rembang, KH Mustofa Bisri (Gus Mus),
dalam seminar nasional Mengembangkan Spiritualitas dalam Keluarga dalam
rangka Dies Natalis Ke-56 Universitas Diponegoro (Undip), Semarang,
Rabu (9/10/2013), di kampus Undip, Tembalang. Turut berbicara budayawan
dan mantan Rektor Undip Eko Budihardjo dan Ketua Ikatan Psikologi Klinis
Jateng Hastaning Sakti.
Menurut Gus Mus, sejak Orde Baru, ia tak
melihat di sekolah-sekolah, kecuali taman kanak-kanak, apa yang disebut
pendidikan. "Jangan heran sekarang banyak orang pintar, tetapi tidak
terdidik. Bagaimana mau mengatakan orang itu terdidik kalau ia menduduki
puncak kedudukan paling mulia, paling bermartabat, dan ditangkap KPK,"
tuturnya.
Gus Mus mengungkapkan, orang pandai atau pintar kalau
tidak terdidik akan sangat menjengkelkan. "Kalau orang pintar yang
mencuri, menangkapnya sulit. Sudah tertangkap, mengadilinya sulit,
divonis masuk penjaranya sulit, dan kalau sudah masuk penjara masih bisa
keluyuran," katanya.
Ia mengajak siapa saja untuk ingat bahwa hidup sekadar singgah. Jika lupa, itu bisa sangat merugikan diri sendiri dan negeri.
Eko Budihardjo mengajak memaknai kehidupan, misalnya dari ungkapan-ungkapan Jawa. Ada ungkapan ngono yo ngono, ning ojo ngono (jangan berlebihan atau serakah). "Korupsi sampai miliaran, triliunan, itu keterlaluan," ucapnya.
Eko mengibaratkan urip iku urup
(hidup itu seperti terang), dalam kehidupan, tiap orang seharusnya
berarti bagi orang lain. Sejak dini, penting mengenalkan anak-anak agar
berbuat sebaik mungkin kepada orang lain. (SON)
Sumber : Kompas Cetak, Kamis, 10 Oktober 2013
No comments:
Post a Comment